Friday 21 January 2011

UJI STANDARDISASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI KOMPOSISI OTOT DAN LEMAK TUBUH (1)

Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 21 Desember 2010

M.K. Penilaian Status Gizi Tanggal Selesai : 22 Desember 2010

Uji Standardisasi Pengukuran Antropometri

Komposisi Otot dan Lemak Tubuh

Oleh :

Kelompok 5

Tagor Syaputra Halomoan I14080009

Adi Setiya Nugroho I14080015

Pratiwi Ari Puspita I14080022

Azni Ratnarosada Putri I14080027

Yulmiaris dwi okto putri I14080030

Dheanni Fitria Yuwanta I14080054

Yasmin Ramadhini I14080055

Saumi Lil Hairi I14080068

Adhitya Aji Candra I14080092

Ayu Ashari I14080107

Diana Mardhiah I14080109

Siti Mariah I14080100

Dewanti I14080111

Lina Aminah I14080113

Cahaya I14080128

Asisten Praktikum :

Andita Rukmini

Guntari Prasetya

Penanggung Jawab Praktikum :

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS.

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makanan merupakan faktor penting dalam kehidupan, karena makanan merupakan sumber energi tubuh. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu tubuh, dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali, dan pergerakan sel. Kebutuhan energi yang terus menerus memerlukan cukup nutrisi. Nutrisi sendiri adalah substansi kimia di dalam makanan yang diperlukan tubuh. Fungsi nutrisi adalah sebagai bahan penghasil energi, membangun jaringan tubuh, membentuk jaringan tubuh, serta pengaturan fungsi tubuh.

Pada umumnya, ketika kebutuhan energi dipenuhi lengkap oleh asupan kalori makanan, maka berat badan tidak berubah. Jika pemasukkan kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat seseorang akan menambah. Ketika pemasukkan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan energi, maka seseorang akan kehilangan berat badan.

Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kegunaan nutrien yang spesifik untuk mengatur respons imun respons trauma dan penyakit. (Potter & Perry, 2006)

Pengertian pertumbuhan dan perkembangan mencakup peristiwa yang statusnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan perkembangan lebih menekankan padamental dan kejiwaan seseorang. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel , organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Kecepatan pertumbuhan berbeda pada setiap tahapan kehidupan, dipengaruhi oleh kompleksitas dan ukuran dari organ dan rasio otot dengan lemak tubuh.

Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi badan, ditandai dengan perubahan otot, lemak dan perkembangan organ yang diikuti oleh kematangan hormon seks. Pertumbuhan (growth) yang optimal sangat sangat dipengaruhi oleh potensi biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan: genetik, lingkungan bio-psiko-sosial, dan perilaku. Proses tersebut sangat unik, hasil akhirnya berbeda-beda dan memberikan ciri pada setiap anak.

Perkembangan (development) menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan adalah Bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan atau Penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat, khususnya di otak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, yang ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, berhentinya pertumbuhan tulang.

Hal-hal yang termasuk faktor internal, yaitu faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku bangsa). Jika potensi genetik dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal akan mewujudkan pertumbuhan optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, selain disebabkan oleh faktor genetik, juga oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal, kematian balita di negara berkembang Menurut Jellife D.B. (1989), yang termasuk faktor internal adalah genetik, obstetrik, dan seks .

Faktor eksternal atau lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Kondisi lingkungan yang buruk, kondisi genetik optimal tidak dapat tercapai Yang termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisik-psikososial. Faktor ini mempengaruhi setiap individu sejak masa konsepsi sampai akhir hayat.

Faktor lingkungan dibagi dua, yaitu lingkungan prenatal dan lingkungan pascanatal. Lingkungan prenatal mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir, meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia embrio. Lingkungan pascanatal dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial, keluarga dan adat-istiadat.

Tujuan Umum

Praktikum uji standarisasi pengukuran antropometri komposisi otot dan lemak tubuh ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkualitas baik untuk survey di lapangan

Tujuan Khusus

Uji standardisasi: - mengetahui kemampuan pengukur

- mengetahui jenis kesalahan

- mengetahui arah kesalahan

- memperbaiki kualitas pengukuran

Komposisi tubuh: - menilai status gizi dengan menggunakan IMT

- menilai komposisi otot tubuh secara tidak langsung

dengan pengukuran LILA dan tebal lipatan kulit

- menilai komposisi lemak tubuh secara tidak langsung

dengan pengukuran tebal lipatan kulit


METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 Desember 2010 pada pukul 13.30 s.d 16.30 WIB, bertempat di Laboratorium Antropometri Lt.3, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan berat, alat pengukur tinggi badan, skinfold calliper, dan meteran ukur panjang. Sedangkan bahan yang digunakan adalah beberapa mahasiswa yang diukur berat, tinggi, LILA, dan lemak tubuhnya.

Prosedur Percobaan

1. Standarisasi Pengukuran

Disiapkan 10 orang responden untuk diukur oleh 4 petugas pengukur dan

1 orang supervisor

Disiapkan formulir hasil pengukuran antropometri oleh setiap petugas pengukur dan supervisor

Diukur responden berdasarkan BB dan TB, diikuti oleh pencatatan yang dilakukan petugas pengukur

Dilakukan pengukuran ulang terhadap kesepuluh responden

dengan cara yang sama

Dipindahkan catatan hasil pengukuran ke formulir tabulasi

yang telah disiapkan

2. Penentuan IMT, LILA, dan Komposisi Lemak Tubuh

2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Ditentukan jenis kelamin responden

X

Diukur Berat Badan (BB) dalam satuan Kilogram (Kg)

Diukur Tinggi Badan (TB) dalam satuan meter (m)

Dihitung IMT dengan Rumus

2.2 Lingkar Lengan Atas (LILA)

Ditentukan jenis kelamin responden

Diukur lingkar lengan atas dengan satuan sentimeter (cm)

Diukur tebal lipatan kulit triceps dalam satuan sentimeter (cm)

Diukur luas otot lengan atas dengan koreksi sebagai berikut

2.3 Komposisi Lemak Tubuh

Ditentukan umur dan jenis kelamin responden

Diukur berat badan dalam satuan Kilogram (Kg)

Diukur tebal lipatan kulit , meliputi biceps, triceps, subscapular, dan suprailiac dalam satuan sentimeter (cm)

Dihitung persentase lemak tubuh (FM), perentase bukan lemak tubuh (FFM), dan berat lemak tubuh

Tinjauan Pustaka

Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, dilakukan dengan tenaga khusus dan professional, biaya relative murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan diakui kebenarannya secara ilmiah. (Supariasa et.al 2002)

Presisi dan Akurasi

Untuk mendapatkan data yang baik, perlu dilakukan standar prosedur pengumpulan data untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang dapat diandalkan. Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama yang berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum, sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia. (Supariasa et.al 2002)

Jenis dan Sember Kesalahan Pengukuran

Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan asumsi yang keliru. Sumber kesalahan tersebut biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan pengukuran.

Penyebab terjadinya kesalahan dalam pengukuran tinggi badan karena pengukuran dilakukan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur. Pada kesalahan umumnya terjadi karena pengukuran berat badan timbangan belum di titik nol. Kesalahan yang disebabkan tenaga pengukur biasanya terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat peralatan yang memada. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukutan sering disebut Measurement Error. (Supariasa et.al 2002)

Komposisi Lemak dan Otot

Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Adiposa adalah jaringan yang terdiri dari simpanan lemak dalam bentuk trigliserida yang tidak aktif dalam proses metabolisme dan fungsi utamanya adalah sebagai cadangan energi. Jaringan bebas lemak adalah jaringan heterogen yang terdiri dari tulang, otot, dan air ekstraseluler, jaringan syaraf, dan semua sel selain adiposa.

Perubahan jaringan lemak akan menggambarkan perubahan keseimbangan energi, sedangkan jaringan otot menggambarkan cadangan protein tubuh. Perubahan pada saat terjadi kekurangan gizi menahun akan menyebabkan penurunan massa otot. Indikator komposisi tubuh dipergunakan untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan gizi serta memantau perubahan komposisi tubuh selama pemberian dukungan nutrisi. Komposisi tubuh manusia adalah air 62,4%, protein 16,4%, mineral 5,9% dan lemak 15,3%. Berdasarkan komposisi tersebut, dapat dilihat bahwa massa bebas lemak adalah 84,7%. (Supariasa et.al 2002)

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh atau body mass indeks merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan lemak dalam tubuh serta untuk mengetahui apakah berat badan telah ideal atau proporsional dengan tinggi tubuh. BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin (Farida 2009).

IMT= BB/TB2

IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) seperti edema, asites, dan hepatomegali. Hal ini dikarenakan pada pasien edema dan asites terdapat penumpukan cairan di dalam sehingga mempengaruhi berat badan (Anonim 2010).

Kesulitan lainnya adalah manakala seseorang telah memasuki masa lanjut usia. Seiring bertambahnya usia, lansia biasanya mengalami perubahan bentuk dan ukuran tubuh. Pada kondisi demikian, hasil pengukuran IMT dianggap tidak akurat lagi untuk menentukan status gizi pada lansia. Lansia sering mengalami kofosis dan skoliosis. Kondisi ini menyebabkan posisi tulang pada lansia tidak tegak namun cenderung membungkuk. Sehingga hasil pengukuran tinggi badan tidak akurat. Jika tinggi badan tidak dapat diukur, maka tinggi lutut dan panjang rentang tangan dapat digunakan sebagai pengganti (Susilowati 2008).

Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengkur yang terbuat dari fiberglass atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya yaitu: (Supariasa, 2001:48) Yang diukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak aktif). Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

Sensitifitas Pengukuran LIngkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini adalah: (Supariasa et. al. 2001)

a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain, sekalipun dengan LILA

b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan

c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.

Pada WUS (Wanita Usia Subur)

Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu LLA (Lingkar Lengan Atas) pengukuran LLA Adalah salah satu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian pita LLA artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supariasa et. al. 2001).

Pada Ibu Hamil

Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kalori (KEK) dan anemia gizi. Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita KEK atau tidak bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi dan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR (Depkes RI 2002).

Skin-fold

Penelitian komposisi tubuh, termasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak sub-kutan dapat dilakukan dengan bermacam metode diantaranya adalah Analisis kimia dan fisik, ultrasonic, densitometry, radiological anthropometry (dengan menggunakan jaringan yang lunak), dan physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers). Dari metode tersebut, hanya anthropometry fisik yang paling sering atau praktis digunakan di lapangan. Bermacam-macam skin fold caliper telah ditemukan, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa alat tersebut mempunyai standar atau jangkauan jepitan (20-40 nm2), dengan ketelitian 0,1 mm. tekanan yang konstan 10 gram/nm2. Berbagai macam alat calipers pengukuran lemak lipatan tebal lemak di bawah kulit seperti Harpenden, fat-control, fat-O-maker, vernier calper, mcgaw, dan lange. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terlihat penyimpangan. (Bakri 2002).

Teknik pengukuran

Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub-kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung tujuan penelitian, umur yang akan diperiksa (distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang diukur, ketebalan relative sama dari lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan dan sopan. Sebaiknya diukur bagian-bagian tubuh bagian kiri. Dalam survey yang berskala besar disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat diukur dari pengukuran beberapa tempat seperti pada trisep, bisep, dan subskapular serta suprailiaka (Bakri 2002).

Masalah yang dihadapi adalah peningkatan atau penurunan penyimpanan lemak di jaringan sub-kutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh. Oleh karena itu kita harus memilih daerah yang praktis dan dapat memberikan petunjuk tentang persediaan energi. Untuk tujuan tersebut, baik orang kurus maupun orang gemuk. Pengukuran pada trisep adalah yang paling praktis untuk semua umur. Pengukuran trisep tidak hanya berguna menghitung indeks persediaan energi, tetapi memungkinkan sebagai dasar untuk menghitung ketebalan otot pada lingkar lengan atas. Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali dan hasilnya dibuat rata-rata. Ketelitian sulit didapat karena peningkat kepadatan dan edema. (Bakri 2002)

Cut off point massa otot tubuh

Massa otot yang didapat digunakan untuk mengukur apakah responden menderita KEP atau tidak. Apabila berat otot lebih besar dari 60 % berat tubuh (BB) maka responden menderita malnutrisi sehingga dapat terjadi KEP (Jennyyulita 2010).

Cut off point luas otot lengan

Lingkar lengan atas dapat digunakan untuk menghitung luas lotot lengan atas dengan persamaan tertentu. Cut off point lingkar lengan atas (LILA) menurut umur adalah normal (85-100%), kurang (70-85%), dan buruk (lebih dari 70%). Persentil lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar otot lengan atas (LOLA) untuk orang kulit putih Amerika Serikat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Ambang batas LILA wanita usia subur dengan resiko kekurangan energi kronis (KEK) di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA Hasil pengukuran LILA ada 2 kemungkinan yaitu: <>,5 cm. Apabila hasil pengukuran (Supatiasa 2001).


No comments:

Post a Comment